Pangeran Kecil : Memahami Dunia Orang Dewasa dari Kacamata Keluguan Anak-Anak
Ulasan buku The Little Prince by Antoine de Saint-Exupéry
Bertemu dengan The Little Prince
Sudah sejak lama aku mengenal buku ini dari X. Akun-akun pecinta buku di X banyak memperbincangkan buku kecil ini. Judulnya unik dan nama pengarangnya bagus. Dua hal itu yang membawa perhatianku tertuju pada buku ini.
Buku ini ku temukan di tukang loak langganan. Awalnya aku mengalami penolakan untuk membeli buku ini. Hingga akhirnya dengan harga sekitar Rp. 15.000 buku ini berpindah tangan kepadaku. Seperti biasa, setelah pulang ke rumah aku mencari harga buku tersebut di marketplace. Buku yang sama persis dijual oleh seorang pedagang daring di Tokopedia dengan harga Rp. 1.799.000. Betapa mahalnya pikirku.
Niat
Buku ini ditulis 1943 oleh seorang pilot berkebangsaan Perancis. Sebagaimana buku yang ditulis pada tahun tersebut, aku sangat yakin ini buku akan menyimpan begitu banyak hikmah lewat kata-kata singkatnya. Maka dengan siap hati aku menyambut hikmah-hikmah itu. Betul saja dugaanku.
Cerita ini memiliki dua orang tokoh utama yakni si Pilot dan si Pangerang Kecil. Si Pilot yang terdampar dan hampir mati di tengah gurun bertemu seorang Pangeran Kecil entah darimana asalnya. Perjumpaan ini begitu berarti bagi si Pilot. Selain karena bertemu di masa sulit dalam hidupnya, si Pangeran Kecil ini menyuguhkan cerita berharga untuk memaknai kembali hidupnya.
Pangeran Kecil ini sebenarnya dari sebuah planet yang benar-benar kecil. Jangan pernah membayangkan bagaimana secara sains dia bisa bertahan hidup. Planetnya memiliki dua buah gunung yang dia selalu rawat agar erupsinya tidak merugikan. Katanya ini bisa dilakukan di Bumi, tapi sayang sekali ukuran gunung di Bumi terlalu besar sehingga gunung pun tidak sanggup dirawat dan terjadi erupsi yang merugikan. Satu gunung di planet itu aktif yang bisa dia pakai untuk menjadi kompor. Satu gunung lagi sudah tidak aktif dan biasa dia pakai untuk tempat duduk. Di planet itu, juga sering tumbuh bibit pohon baobao. Karena ukuran dewasanya yang terlalu, maka si Pangeran Kecil harus rutin mencabut tiap bibit pohon baobao agar tumbuhnya tidak semakin besar dan merepotkan. Pekerjaan kecil yang mudah tapi membosankan. Persis seperti pekerjaan sehari-hari manusia dewasa. Dan ada satu hal lagi yang sangat penting di planet tersebut : satu pucuk mawar. Satu pucuk mawar yang sedang berbunga yang mengajari kita akan kesetiaan hingga di akhir cerita.— aku sedikit sedih menulisnya karena aku sedang merindukan kekasihku yang seperti mawar milik Pangeran Kecil.
Perjalanan Pangeran Kecil menuju Bumi
Pangeran Kecil bertamasya mengunjungi banyak tempat. Bertemu dengan berbagai hal. Apa yang ia temui inilah yang menjadi cara Antoine de Saint-Exupéry menyampaikan pesan tersiratnya. Mulai dari raja, pengusaha, pemikir, hingga tukang wesel. Aku tidak akan menceritakan rinci karena selain tidak hafal detail, tulisan seperti ini sudah banyak beredar di internet. Aku hanya akan menuliskan kutipan berharga yang membuatku bergidik.
Orang Dewasa dan Pemikirannya yang Absurd
Absurd. Itulah yang ditunjukkan Pangeran Kecil kepada pemikiran orang dewasa. Ketika bertemu pengusaha, ada satu dialog seperti ini.
Ketika menganggap kau memiliki bintang-bintang sebab tiada yg memilikinya selain kamu. Kamu tidak ada gunanya untuk bintang-bintang
Orang dewasa sering aneh ketika memikirkan bahwa dia memiliki sesuatu. Konsep ini dalam keyakinanku adalah konsep orang sufi. Aku agak capek menjelaskan tapi suatu waktu aku lanjutkan untuk kutipan ini.
Konsep berpikir lain yang menurutku bukan sebuah dongeng anak kecil di novel ini adalah ini :
“Raja itu menguasai, pengusaha itu memiliki”.
Coba kita resapi sedikit maksud ucapan si Pangeran Kecil ini. Ini adalah konsep bernegara kita saat ini. Walau saat ini sudah nation-state, tapi hubungan antara penguasa dan pengusaha begitu erat. Raja datang sebagai penguasa apa yang dimiliki pengusaha. Atau pengusaha adalah pemiliki sebenarnya apa yang dikuasai raja. Aku jadi teringat suatu momen unik ketika upacara 17 Agustus di IKN pertama kali. Terlihat familiar.
Konsep terakhir yang aku mau sorot adalah konsep menjinakkan. Ketika Pangeran Kecil menjelajah, dia bertemu seorang Rubah. Rubah yang cantik dan menyenangkan ini mengajarkan suatu konsep yang dia sebut “menjinakkan”. Ketika kita memberikan waktu yang begitu lama dengan seseorang—dalam hal ini adalah si Pangeran Kecil yang merawat satu-satunya sepucuk mawar berduri di planetnya, yang ternyata di Bumi itu tidak lebih dari sebuah mawar dari 500 juta mawar lainnya, yang agak merepotkan— sebenarnya kita sedang “menjinakkan” seseorang tersebut. Hatiku berdesir ketika si Pangeran Kecil hanya terpikirkan sepucuk mawar tersebut sepanjang perjalannya yang jauh itu. Hanya mawar yang tidak sengaja dijinakkan itulah yang membuat hatinya bahagia. Hanya mawar yang merepotkan itu saja yang membuat dia ingin kembali ke planetnya. Hanya mawar itu yang membuatnya mengenal tanggungjawab. Hanya mawar yang itu saja yang membuatnya jatuh cinta.
“kamu selamanya bertanggungjawab atas apa yang kamu jinakkan”
Ini adalah tulisan untuk kekasihku. Mungkin banyak bahasa dalam tulisanku ini yang akan membuatmu salah paham. Tapi mengutip dari si Pangeran Kecil:
Bahasa adalah sumber kesalahpahaman.
Inilah rahasiaku : hanya dengan hati, kita bisa melihat dengan baik, sesuatu yang inti tidak terlihat hanya oleh mata.
Membaca novel ini, mengingatkan aku suatu hal. Aku sudah terlalu jauh meninggalkan pemikiran masa kecilku—atau setidaknya pikiran masa remajaku. Pikiran yang penuh keceriaan. Penuh pikiran kritis yang tiada terbendung. Pikiran yang memandang dunia begitu ringan. Pikiran yang memandang cinta begitu tulus. Ini adalah pembacaanku yang pertama. Lain waktu aku akan membaca lagi dan meneruskan ulasan ini lagi.
Ciao,
Malang, Agustus 2024
Mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain. Jika kamu berhasil berarti kamu betul-betul orang yang bijaksana